Minggu, 23 Oktober 2011

Dosakah Menggambar?

Apakah melukis manusia itu dosa, menurut islam?
saya suka melukis manusia terutama wajah dengan sangat mirip. kata teman, saya telah berusaha menyaingi ciptaan Allah, dan akan diminta pertanggungjawaban nya di hari kiamat. apa itu benar? thanks. jawab: Memang terdapat beberapa dalil shahih yg menunjukkan adanya pelarangan tersebut. Diantaranya:
"Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis)" (HR. Bukhari, Muslim)
"Sesungguhnya pemilik gambar ini akan diadzab dan akan dikatakan kepada mereka. Hidupkanlah apa yang telah engkau ciptakan." (HR.Bukhari, Muslim)
Sehingga jika berdasarkan kedua hadits itu saja kita akan bisa memahami, bahwa memang terdapatlarangan melukis makhluk hidup.
Beberapa ulama menganggap bahwa inti hidup makhluk adalah pada kepala, terutama wajah. Sehingga Anda jangan heran jika menjumpai foto atau gambar orang, misalnya dalam poster tatacara sholat atau wudhu, pada bagian wajah akan terlihat kosong atau dihapus. Tidak terlihat gambar mata, hidung, mulut, atau bagian lainnya yang biasa terdapat pada wajah.
Jika Anda mengamati pada kenyataannya, dengarkan saja bagaimana komentar teman-teman pada saat melihat hasil karya Anda.Bisa saja Anda akan mendengar:"wah, jelek sekali wajahnya.." atauyg lebih ngeri lagi jika menyampaikan "wah, bagus sekali lukisanmu, lebih bagus dari wajah aslinya.." Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa Anda mampu membuat sesuatu yang lebih buruk atau jauh lebih bagus dari ciptaan Alloh Swt.

Senin, 17 Oktober 2011

UNTAIAN NASIHAT UNTUK PASANGAN SUAMI ISTERI

UNTAIAN NASIHAT UNTUK PASANGAN SUAMI ISTERI

Al-Ustadz Al-Fadhil Muhammad Na’im, Lc.

Ikhwah dan akhwat fillah, semoga Allah azza wa jalla merahmati kami dan anda semua. Tiada hentinya kita panjatkan syukur kepada Allah azza wa jalla atas segala karunia yang dilimpahkan pada kita. Mari senantiasa kita memanfaatkan kenikmatan Allah azza wa jalla dalam rangka memperbaiki diri kita, karena banyak hal yang masih perlu diperbaiki dari berbagai kekurangan dalam menunaikan kewajiban. Juga memperbaiki berbagai kesalahan yang kita lakukan, yang mana itu dapat mengundang murka Allah azza wa jalla.

Kenikmatan Allah azza wa jalla khususnya kenikmatan sunnah adalah nikmat yang sangat besar, yang Allah  berikan hanya pada segelintir manusia. Allah berfirman:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An’am: 116)

Dari ayat ini jelas bahwa kebanyakan manusia mengajak pada kesesatan. Dan Allah azza wa jalla berfirman:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (Yusuf: 106)

Maknanya, semakin sedikit di antara mereka yang benar-benar beriman, bahkan kebanyakan mereka masih ternodai dengan kesyirikan. Maka pada yang sedikit inilah, sebagaimana yang Allah nyatakan tersebut, mudah-mudahan kita termasuk dalam orang-orang yang Allah kecualikan tersebut. Yaitu yang senantiasa sesuai bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak-perilaku kita. Begitulah kenikmatan dari Allah dalam Islam dan dalam sunnah, merupakan kenikmatan yang tiada tandingannya.

Berpegang Teguh pada Bimbingan Islam

Islam telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai kodrat, harkat dan martabat manusia. Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi tuntunan kepada kita, khususnya dalam masalah muamalah suami-istri atau hubungan rumah tangga. Inilah hubungan yang merupakan lingkup kecil dalam masyarakat manusia, yang mana tatkala dalam lingkup kecil ini baik maka baiklah lingkup yang lebih besar. Semua ini berangkat dari rumah tangga yang masing-masing kita punya tanggungjawab di dalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun, awal mula tanggungjawab dakwah beliau tunaikan mulai kepada keluarga, sebagaimana perintah Allah :

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara: 214)

Tanggung jawab ini mesti kita pahami dengan skala prioritas yang sesuai tuntunan agama, bukan oleh hawa nafsu dan kepentingan lainnya. Terkadang karena ada kepentingan maka orang lain lebih didahulukan daripada keluarganya. Ini sering terjadi, bahkan dalam masalah infak, atau dalam urusan memberi kebaikan. Padahal semestinya keluarga dan kerabat didahulukan daripada yang lainnya. Manakala kepedulian dan tanggung jawab ini dimulai dari suatu keluarga dengan saling memahami, maka insya Allah akan terjalin suatu masyarakat yang indah sekali.

Ada suatu kisah dari teladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana beliau membimbing untuk mengutamakan kerabat dalam hal kebaikan.

عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مَيْمُونَةَ بِنْتَ الْحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا أَعْتَقَتْ وَلِيدَةً وَلَمْ تَسْتَأْذِنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا كَانَ يَوْمُهَا الَّذِي يَدُورُ عَلَيْهَا فِيهِ قَالَتْ أَشَعَرْتَ يَا رَسُولَ اللهِ أَنِّي أَعْتَقْتُ وَلِيدَتِي قَالَ أَوَفَعَلْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ

Dari Kuraib Maula Ibnu Abbas bahwasanya Maimuna binti Al-Harits memberitahukan kepadanya bahwa ia telah memerdekakan seorang budak tanpa meminta izin kepada Rasulullah. Maka ketika tiba waktu Rasulullah menggilirnya, Maimunah berkata, “Apakah engkau tahu wahai Rasulullah, bahwa aku telah memerdekakan budakku?” Beliau berkata, “Apakah memang sudah engkau merdekakan?” Maimunah berkata, “Ya.” Beliau berkata, “Sesungguhnya kalau engkau berikan ia kepada paman-pamanmu maka itu lebih besar pahalanya untukmu.” (HR. Bukhari)

Yaitu dengan memberi kebaikan berupa sadaqah kepada kerabat sekaligus adalah amalan menyambung kekerabatan. Inilah tutunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memberi yang terbaik bagi kerabat.

Allah ta’ala telah mengajarkan bagaimana hak suami, kewajiban suami, hak istri, dan kewajiban istri. Semua telah ada tuntunannya dalam Islam. Jika ini semua terbolak-balik maka akan terjadi kekacauan dan ketidaktentraman. Maka itu jadilah istri yang terdidik dengan didikan sunnah. Bagaimanapun kedudukannya, seperti nasabnya yang mulia, keluarganya yang kaya raya, akan tetapi hendaknya tetap bisa menempatkan diri sesuai posisinya sebagai istri.

Ada banyak contoh dalam masyarakat yang indah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang bagaimana pahamnya mereka dengan bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun dari kalangan perempuan di antara mereka. Rasanya jauh dibandingkan keadaan masa kita ini.

Salah satunya seperti kisah masyhur seorang jariyah.

عََنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِىِّ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ جَارِيَةٌ لِى صَكَكْتُهَا صَكَّةً. فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ أَفَلاَ أُعْتِقُهَا قَالَ : « ائْتِنِى بِهَا ». قَالَ : فَجِئْتُ بِهَا قَالَ : « أَيْنَ اللَّهُ ». قَالَتْ : فِى السَّمَاءِ. قَالَ : « مَنْ أَنَا ». قَالَتْ : أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ. قَالَ : « أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ »

Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami. Ia berkata: Aku berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang budak perempuanku, telah aku pukul.” Rasulullah kemudian menegurku dengan keras. Lalu aku katakan, “Apakah tidak sebaiknya aku memerdekakannya?” Beliau berkata, “Bawalah ia kepadaku.” Mua’wiyah mengatakan, “Aku pun membawanya. Kemudian Rasulullah bertanya kepada budak itu, “Di manakah Allah?” Ia menjawab, “Di atas langit.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah aku?” Ia menjawab, “Engkau adalah Rasul Allah.” Setelah itu beliau berkata, “Merdekakanlah ia karena ia seorang perempuan yang beriman.” (HR. Muslim)

Padahal jariyah adalah seorang budak perempuan yang kesehariannya bergelut dengan kambing gembala, akan tetapi mereka kenal dengan Allah dan bertauhid dengan benar.

Demikian juga kisah Barirah, seorang budak perempuan yang dimerdekakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anhu. Ini telah diriwayatkan dalam suatu kisah panjang, yang mana para ulama ada yang mengambil sampai seratus faidah dari kisah yang indah ini. Di antaranya yang bisa kita ambil dalam kaitan pembahasan kita, tentang kecerdasan Barirah dalam melaksanakan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Barirah yang telah bersuami itu dibebaskan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anhu . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat cinta suaminya, Mughits, begitu besar. Mughits masih budak sedangkan Barirah sudah merdeka. Dalam Islam, jika salah seorang suami atau istri sudah merdeka, maka adalah hak bagi yang sudah merdeka apakah mau meneruskan sebagai suami-istri atau tidak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat cintanya Mughits kepada Barirah, sampai-sampai diikutinya terus ke mana Barirah pergi bahkan sambil menangis. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat betapa bencinya Barirah kepada Mughits. Melihat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam iba, beliau berkata, “Wahai Barirah seandainya kamu kembali saja kepada suamimu.” Barirah berkata, “Wahai Rasulullah, engkau perintahkan aku untuk kembali, ataukah sekedar memberi hiburan saja? Jika ini perintah maka aku laksanakan walau aku tidak suka.”

Ini menunjukkan kepahaman dan ketaatan Barirah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekalipun dia bekas budak. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ini hanya syafi’ saja.” Barirah berkata, “Aku tidak butuh lagi pada suamiku.”

Kemudian kisah lainnya, Fatimah binti Qais yang dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm. Fatimah berkata:

فَلَمَّا حَلَلْتُ ذَكَرْتُ لَهُ أَنَّ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ وَأَبَا جَهْمٍ خَطَبَانِى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتَقِهِ وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ انْكِحِى أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ » .فَكَرِهْتُهُ ثُمَّ قَالَ « انْكِحِى أُسَامَةَ ». فَنَكَحْتُهُ فَجَعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا وَاغْتَبَطْتُ بِهِ.

“Maka ketika aku telah halal (selesai dari masa iddah –pent.) aku bercerita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan Abu Jahm melamarku. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Adapun Abu Jahm, maka ia adalah orang yang suka memukul.” Sedangkan Mu’awiyah, ia adalah seorang sho’luk yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah.” Namun aku tidak menyukai Usamah. Kemudian beliau berkata, “Menikahlah dengan Usamah.” Kemudian aku menikah dengannya. Dan Allah menganugrahkan kebaikan pada dirinya sehingga aku pun menyenanginya.” (HR. Muslim)

Karena Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan, maka Fatimah tetap melaksanakan. Ia yakin bahwa apa yang diperintahkan, meskipun tidak menyenangkan, pasti mengandung kebaikan. Karena tidak ada perintah dalam agama ini melainkan di dalamnya ada kebaikan. Dan itu akhirnya diakui sendiri oleh Fatimah. Setelah menikahi Usamah, dia menjadi yang paling cemburu kepada suaminya. Dan banyak kebaikan lain yang didapatkannya.

Masih banyak lagi kisah-kisah lainnya.

Keteguhan iman ini karena qowam suami, yang mendidik di atas sunnah. Laki-laki menjadi qowam dengan karunia kelebihan yang Allah berikan, dan dengan nafkah yang diberikan suami kepada istrinya. Manakala seorang muslimah memahami ini, maka tidak akan terjadi apa yang banyak terjadi sekarang dengan embel-embel emansipasi. Persamaan gender  yang tiada lain ujung-ujungnya adalah menuruti hawa nafsu. Ini hanyalah makar dari kaum kuffar Barat.

Kedudukan Suami Sebagai Qowam/Pemimpin

Allah telah menyatakan bahwa laki-laki setingkat lebih tinggi dari wanita. Ini adalah dalam urusan dunia, dan dalam hubungan suami istri. Sedangkan dalam hal ketakwaan adalah tergantung ketakwaan masing-masing. Ketika seorang istri memahami betul kedudukan seorang suami, ini adalah bagian dari ketakwaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai bersabda:

لَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ ، لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

“Kalau saja aku boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku menyuruh para istri untuk bersujud kepada suami mereka.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Akan diperintahkan demikian karena kedudukan seorang suami. Akan tetapi kedudukan seperti ini adalah mandat dari Allah, yang didalamnya ada tanggung jawab. Bukan sekedar posisi. Dalam kedudukan ini ada tanggung jawab yang harus dipahami dengan baik. Allah memerintahkan suami untuk menjaga keluarganya, anak dan istrinya. Demikian pula untuk mendidik keluarga dengan baik dengan didikan sunnah. Semua ini adalah demi menjaga apa yang diamanahkan Allah tersebut. Allah azza wa jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6)

Maknanya, jika anak dan istri tidak dididik dengan baik, maka itu seperti menyiapkan anak dan istri menjadi bahan bakar api neraka. Di ayat lain Allah berfrman:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An-Nisa: 9)

Yaitu kelemahan di dalam agamanya, dalam akidahnya, juga kelemahan dalam dunia. Maka janganlah kalian tinggalkan keluarga dalam keadaan lemah iman dan akidahnya. Dapat kita lihat bagaimana Sa’ad bin Abi Waqqas saat Fathu Makkah, yang mana beliau sudah lemah dan sakit. Ia menceritakan:

جَاءَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَعُودُنِي مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بِي زَمَنَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَقُلْتُ بَلَغَ بِي مَا تَرَى وَأَنَا ذُو مَالٍ ، وَلاَ يَرِثُنِي إِلاَّ ابْنَةٌ لِي أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ : لاََ قُلْتُ بِالشَّطْرِ قَالَ : لاََ قُلْتُ الثُّلُثُ قَالَ الثُّلُثُ كَثِيرٌ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَلَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ.

“Rasulullah datang membesukku karena sakit keras yang aku derita saat haji wada’. Aku berkata, “Keadaanku sudah sedemikian rupa sebagaimana yang engkau lihat. Dan aku memiliki harta. Sedangkan yang mewarisi hartaku hanyalah seorang anak perempuan. Maka apakah aku boleh bersedekah dengan dua per tiga hartaku?” Beliau berkata, “Tidak.” Aku berkata, “Dengan setengahnya?” Beliau berkata, “Tidak.” Aku berkata, “Sepertiganya?” Beliau berkata, “Sepertiga itu sudah banyak. Lebih baik engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya daripada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan menjadi beban, meminta-minta kepada orang lain. Dan tidaklah engkau mengeluarkan suatu nafkah dengan mengharapkan wajah Allah, melainkan engkau akan diberi ganjaran pahala karenanya. Sampai apa yang engkau suapkan ke mulut istrimu sendiri.” (HR. Bukhari)

Ini adalah dalam hal dunia, maka dalam hal akhirat lebih penting lagi. Sebagaimana wasiat Luqman yang Allah abadikan dalam Al-Quran:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Luqman: 13)

Juga wasiat para Nabi dari Nabi Ya’kub, Nabi Ibrahim, Nabi Zakaria, dan lainnya. Mereka tidak berkata, “Apa yang akan kalian makan sepeninggalku nanti?” Allah berfirman:

أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”” (Al-Baqarah: 133)

Allah berfirman:

فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً

“Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An-Nisa: 9)

Ini adalah tuntunan hendaknya suami mendidik istri dan anaknya jangan sampai mereka menjadi bahan bakar api neraka. Pada ayat lain Allah berfirman:

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)

Penekanan ayat ini adalah kepada para suami untuk memperhatikan anak keturunan, terkhusus shalat sebagai parameternya. Karena jika shalat telah disia-siakan maka akan diperturutkanlah hawa nafsu. Jika sudah hawa nafsu yang diikuti maka kesesatanlah yang didapat. Ini adalah di antara kewajiban suami agar memperhatikan kepada keluarganya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)

Artinya, kedudukan yang Allah berikan itu ada pertangungjawabannya di akhirat. Bukan sekedar posisi atau mandat. Dalam hal ini, kepemimpinan laki-laki untuk bisa sampai kepada apa yang dituntunkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, harus meneladani Rasulullah.

Mungkin sebagian dari kita ada yang membayangkan, nanti ingin mendapat suami ideal yang meneladani Rasulullah. Atau mendapat istri ideal yang meneladani para istri Rasulullah. Akan tetapi hendaknya kita sadar bahwa kita manusia yang memiliki kelemahan. Keluarga kita bukanlah seperti keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita hanya berupaya meniti jejak beliau dan mengikuti bimbingan beliau. Para wanita kita tidaklah seperti Khadijah, Aisyah, para Ummahatul Mukminin. Keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kadang mengalami riak-riak permasalahan keluarga. Maka pada kita lebih mungkin lagi terjadi permasalahan keluarga. Bahkan telah terjadi banyak sekali problema dari kalangan kita sendiri (padahal sudah mengenal sunnah). Maka itu perlu berlapang dada. Inilah yang perlu disadari dan dipahami.

Mungkin saja terjadi masalah, di mana si istri yang hanya seorang wanita biasa, bersikap kurang ajar kepada suami. Padahal si istri sudah mulai menuntut ilmu agama, akan tetapi bisa terjadi yang seperti ini. Hingga terjadilah apa yang terjadi, sampai pada perceraian. Mungkin permasalahan di antaranya adalah karena masalah tabiat, namun hendaknya kita tetap berusaha memperbaiki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

“Ilmu itu dengan dipelajari.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu akhlak bisa diperbaiki manakala kita berusaha, dengan taufik dari Allah. Sebagaimana di antara Sahabat pun di kala jahiliyah adalah manusia yang paling biadab, namun manakala masuk Islam, maka mereka berubah menjadi manusia yang paling beradab. Begitu juga para ulama. Ada di antara mereka yang sebelumnya adalah bermacam-macam. Seperti Fudhail bin Iyadl yang dulunya adalah seorang perampok. Atau Jazan yang pernah menjadi seorang ‘artis’. Namun akhirnya mereka bisa meninggalkan akhlak jelek mereka dan menjadi ulama. Mereka qudwah kita dalam mengubah akhlak yang tidak baik menjadi baik.

Dalam mendidik, janganlah menyamakan wanita dengan laki-laki. Menyikapi wanita tidak sama dengan menyikapi laki-laki, karena memang wanita tidak sama dengan laki-laki. Sebagaimana Al-Qur’an telah mengisahkan ketika istri Imran menginginkan diberi keturunan laki laki, namun yang dilahirkan adalah perempuan. Allah berfirman:

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالأُنثَى

“Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” (Ali Imran: 36)

Maka ini adalah bantahan bagi emansipasi. Laki-laki berbeda dari wanita, secara jasad dan lainnya. Oleh karena itu kepemimpinan/qowamah membutuhkan kelembutan, lapang dada, kesabaran, kemudahan, kasih sayang. Inilah yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendidik istri-istri beliau. Imam An-Nasa’i telah mengumpulkan dalam kitab ‘Isyratun Nisa`, mengenai rumah tangga Rasulullah. Jika kita mengambil teladan dari beliau maka itu akan menjadi solusi bagi permasalahan rumah tangga kita.

Saling Berlemah Lembut

Allah azza wa jalla berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (Ar-Rum: 21)

Ini ayat yang harus kita tadabburi. Dikatakan: litaskunuu ilaihaa. Bukan: ma’ahaa. Berarti seorang suami tidak tenang kecuali kepada istrinya. Dan sebaliknya istri pun tidak akan tenang kecuali kepada suaminya. Di sini ada hubungan saling membutuhkan. Qowamah suami bukan berarti menjadikannya sembrono lantaran dia pemimpin. Akan tetapi walau suami sebagai qowam bagi istrinya, namun mereka tetap saling membutuhkan. Tidak boleh ada kesewenang-wenangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia itu adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.”

Maka tinggal bagaimana suami itu mendidik istrinya agar dapat menjadi perempuan shalihah, yang menjadi kenikmatan terbesar di dunia. Walaupun seluruh dunia dimilikinya, namun jika tidak bersama istri yang shalihah, maka tidak akan ada ketenangan. Meski apa saja yang diinginkan telah didapatkannya, tapi sudah menjadi sebuah sunnatullah bahwa sebaik-baik perhiasan adalah perempuan shalihah, yang ia dapat tenang kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dari hadis Abu Hurairah)

Tentunya akhlak yang terbaik adalah kepada istrinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR. Ibnu Majah dari hadis Ibnu Abbas)

Lantas mengapa ada yang berlaku pada orang lain santun sekali, berbicara dan berbuat dengan lembut -seperti istri berkata kepada orang lain dengan lemah lembut- namun kepada suami atau istri sendiri akhlak ini ditinggalkannya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ

“Saling berwasiatlah berbuat baik terhadap wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk.” (HR. Al-Baihaqi dari hadis Abu Hurairah)

Inilah kodrat wanita. Mendidiknya harus dengan halus dan lembut. Oleh karena itu dalam surat An-Nisa ayat ke-19, Allah azza wa jalla berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.”

Ma’ruf (patut) mencakup semua yang ma’ruf yang akan mengarah pada kebaikan. Contohnya ada banyak dalam rumah tangga Rasulullah. Lihatlah bagaimana sabarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi permasalahan rumah tangganya. Ini menjadi teladan bagi kita. Misalnya ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi kecemburuan istri beliau.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عِنْدَ بَعْضِ نِسَائِهِ فَأَرْسَلَتْ إِحْدَى أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ بِصَحْفَةٍ فِيهَا طَعَامٌ فَضَرَبَتِ الَّتِي النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي بَيْتِهَا يَدَ الْخَادِمِ فَسَقَطَتِ الصَّحْفَةُ فَانْفَلَقَتْ فَجَمَعَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِلَقَ الصَّحْفَةِ ثُمَّ جَعَلَ يَجْمَعُ فِيهَا الطَّعَامَ الَّذِي كَانَ فِي الصَّحْفَةِ وَيَقُولُ غَارَتْ أُمُّكُمْ ثُمَّ حَبَسَ الْخَادِمَ حَتَّى أُتِيَ بِصَحْفَةٍ مِنْ عِنْدِ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا فَدَفَعَ الصَّحْفَةَ الصَّحِيحَةَ إِلَى الَّتِي كُسِرَتْ صَحْفَتُهَا وَأَمْسَكَ الْمَكْسُورَةَ فِي بَيْتِ الَّتِي كَسَرَتْ.

“Dari Anas, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di rumah salah seorang istri beliau. Lalu seorang istri beliau lainnya mengirimkan sepiring makanan. Istri yang rumahnya sedang ditempati oleh beliau pun memukul tangan si pembantu (yang membawakan makanan). Maka jatuhlah piring itu sehingga terbelah. Rasulullah kemudian mengumpulkan belahan piring tersebut lalu mengumpulkan kembali makanan (yang berserakan) itu ke dalamnya sambil berkata, “Ibu kalian sedang cemburu.” Lalu beliau menahan pembantu itu sampai beliau dibawakan piring lain dari rumah istri yang sedang beliau tempati. Piring yang betul beliau berikan kepada pemilik piring yang pecah. Dan piring yang pecah beliau simpan di rumah istri yang memecahkan piring tadi.” (HR. Bukhari)

Jika permasalahan seperti itu ada muncul di rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajar jika terjadi pada kita juga. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana kita meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapinya.

Jika istri sudah berusaha mentaati suami, maka ketika muncul suatu permasalahan rumah tangga, janganlah suami mencari-cari kesalahan. Tapi hendaknya ia melakukan introspeksi, karena permasalahan muncul juga dari pemimpinnya sebagai penangung jawab. Oleh karena itu Allah dalam akhir firman-Nya:

إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً

“Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An-Nisa: 34)

Ini sebagai peringatan bagi suami jangan berlaku bughat kepada istrinya. Ini juga mengandung makna tarhib bagi para suami untuk tidak semena-mena pada istrinya atau mencari-cari kesalahan tanpa alasan. Demikian sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
  


BY https://dhasanfashion.wordpress.com/2011/07/14/untaian-nasihat-untuk-pasangan-suami-isteri/

MANISNYA ISLAM

MANISNYA ISLAM

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد،

Judul tulisan ini mungkin sudah terlalu sering kita dengar, tapi kemungkinan besar sedikit sekali di antara kita (termasuk penulis sendiri) yang benar-benar telah merasakan hakikatnya. Seandainya kita mau jujur pada diri kita sendiri, sampai saat ini sudah berapa lama kita menjadi seorang muslim? sudah berapa banyak amal ibadah yang kita kerjakan? akan tetapi pernahkah kita merasakan kenikmatan dan kemanisan yang hakiki sewaktu kita melaksanakan ibadah tersebut?

Maka kalau hakikat ini belum kita rasakan, berarti ada sesuatu yang kurang dalam iman kita, ada sesuatu yang perlu dikoreksi dalam keislaman kita. Karena manisnya iman dan indahnya Islam itu bukan sekedar teori belaka, tapi benar-benar merupakan kenyataan hakiki yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat kepada Allah ?, yang wujudnya berupa kebahagian dan ketenangan hidup di dunia, serta perasaan gembira dan senang ketika beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah ?.
Dan ini merupakan balasan kebaikan yang Allah ? segerakan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya di dunia, sebelum nantinya di akhirat mereka akan mendapatkan balasan yang lebih baik dan sempurna. Hal ini Allah ? sebutkan dalam banyak ayat Al Qur-an, diantaranya: ayat pertama:

(مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. ِِan Nahl:97).
Ayat kedua:
(وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ)
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan berikan kepada mereka (balasan) kebaikan di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakkal” (QS. An Nahl:41-42).
Ayat ketiga:
(وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ)

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Huud:3).
Ayat keempat:
(قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ)

“Katakanlah:”Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu”.Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala bagi mereka dengan tanpa batas (di akhirat)” (QS. Az Zumar:10).

Dalam mengomentari keempat ayat di atas, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah – semoga Allah ? merahmatinya – berkata: “Dalam keempat ayat ini Allah ? menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat .”

Kemudian kalau kita mengamati dengan seksama ayat-ayat Al Qur-an dan hadits-hadits Rasulullah ? yang mensifati dan menggambarkan ajaran agama islam ini, kita akan dapati bukti yang menunjukkan bahwa agama islam ini Allah ? turunkan kepada manusia sebagai sumber kebahagian hidup yang hakiki dan ketenangan lahir dan batin bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkannya dengan baik dan benar.
Di antara ayat2 Al Qur-an tersebut adalah firman Allah ?:
(وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ)

“Dan Kami turunkan kepadamu kitab ini (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89).
Juga firman Allah ?:
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ)
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu (dalam Al Qur-an) pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus:57).

Dalam ayat lain Allah ? menegaskan bahwa Dia ? tidaklah menjadikan agama islam ini sebagai beban yang memberatkan dan menyulitkan manusia, Allah ? berfirman:
(يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ)

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu” (Al Baqarah:185).
(مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ)

“Allah tidak menghendaki untuk menjadikan kesempitan bagi kamu” (Al Maaidah:6).
(وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ)

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan bagi kamu dalam agama ini suatu kesempitan” (Al Hajj:78).
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di atas.












sumber; https://dhasanfashion.wordpress.com/2011/07/14/manisnya-islam/




Sabtu, 15 Oktober 2011

Iman Itu, Terlihat atau Tidak Terlihat?

www.myblog-spesial-copy.blogspot.com 

Iman Itu, Terlihat atau Tidak Terlihat?

17/08/10
Ada yang bilang, iman itu tidak terlihat. Ia ada di dalam hati manusia yang paling dalam dan hanya Tuhan yang tahu. Tetapi menurut saya, iman itu bisa jadi terlihat. Iman terlihat karena mewujud dalam perilaku manusia sehari-hari, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun kepada sesama manusia dan juga lingkungan. Sederhananya, hal itu dikarenakan manusia beriman (percaya) dengan apa yang diajarkan agamanya. Ia beriman (percaya) dengan apa yang diperintahkan Tuhannya, dengan begitu ia akan mengerjakan apa yang diwajibkan (bahkan juga yang disunnahkan) dan menjauhi apa yang diharamkan. Ia akan beribadah dan menuruti agamanya karena ia percaya (iman) pada Tuhannya. Hal-hal semacam itu bisa terlihat, bukan? Contoh paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW. Ibadahnya juara, perilakunya juga juara. Siapa yang meragukan kesantunan dan kebaikan Nabi pada sesamanya, bahkan setiap pagi Beliau tetap merawat dan menyuapi pengemis buta yang selalu menghina dan meludahinya! Selain akhlak Beliau, tentu ibadahnya pun tidak diragukan lagi. Oleh karena itu saya bisa bilang, bahwa iman itu terlihat! Hati-hati ya.. :)
Iman adalah keyakinan dengan hati, pengikraran dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan perbuatan maksiat (http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=64)
Berikut adalah penjelasannya…
Beberapa dalil-dalil Al-Qur’an:
1. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perk.ataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orangorang yang akan mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya,” (QS. al-Mu’minun : 11). Mereka berhak menyandang nama iman ini, manakala mereka mengerjakan amal perbuatan ini.
2. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayatayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,” (QS. al-Anfal (8): 2) Allah mengambarkan kepada mereka sifat-sifat keimanan. Demikian pula terhadap amal perbuatan ini yang Allah sebutkan dalam ayat ini. Dan ayat ini menjadi dalil, bahwa iman itu dapat bertambah.
3. “Dan Allah tidak akan menyianyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia,” (QS. al-Bagarah : 143). Tafsir ” imanukum” pada ayat ini tidak diperselisihkan, yaitu shalatukum (sholat kalian), maka shalat dinamakan iman. Hal ini menunjukkan, bahwa amal perbuatan termasuk dari makna iman.
4. “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kernbali yang baik,” (QS. ar-Ra’d : 29). Demikian pula ayat-ayat semisalnya, yang di dalamnya terdapat penggabungan antara iman dan amal shaleh. Iman itu tidak disebutkan kecuali disertai dengan amal shaleh, karena amal merupakan bagian dari iman dan merupakan bagian dari makna iman.
Beberapa dalil-dalil dari Sunnah an-Nabawiyyah. Sabda Rasulullah:
“Iman itu memiliki tujuh puluh cabang lebih (atau enam puluh lebih cabang), yang paling tinggi adalah perkataan “laa ilaha illallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkarkan duri dari tengah jalan. Malu itu merupakan bagian dari cabang keimanan”
1. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa iman itu bercabang-cabang dan beliau menjelaskan cabang iman yang tertinggi maupun yang terendah. Cabang-cabang ini merupakan amalan anggota badan. Maka, hal ini menunjukkan, bahwa amal perbuatan termasuk bagian dari makna iman.
2. Sabda Rasulullah kepada utusan ‘Abdul Qais, ” Saya perintahkan kalian untuk beriman kepada Allah saja. Tahukah kamu, apakah yang dimaksud dengan beriman kepada Allah saja? Mereka berkata, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah saw bersabda, “Kamu bersaksi, bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang hak selain Allah; dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan; dan kamu berikan kepada orang yang menang dalam peperangan seperlima dari harta rampasan . . . ..”. (HR Bukhari (1/67/no: 9) tentang Iman bab: Perkara-perkara iman, Muslim (1/63/no: 35) tentang Iman bab: Penjelasan jumlah cabang keimanan. Lafaz hadits ini adalah lafaz hadits Muslim. Keduanya meriwayatkan dari hadits Abu Shalih dari Abu Hurairah secara marfu’. )
Nabi menjadikan semua amal perbuatan ini merupakan bagian dari iman. Amalan-amalan ini merupakan amalan anggota badan. Dalil-dalil yang senada dengan dalil-dalil diatas sangat banyak jumlahnya.

Beberapa dalil-dalil dari perkataan para Salaf as-Shalih:

 1. Imam Bukhari berkata di dalam shahihnya pada masalah Iman, “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang…hingga beliau mengemukakan perkataan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimakumullah, “Sesungguhnya iman memiliki kewajiban-kewajiban dan syariat-syariat; hukum-hukum dan sunnat-sunnat. Barangsiapa yang menyempurnakannya, maka ia telah menyempurnakan keimanannya; dan barangsiapa yang tidak menyempurnakannya, maka ia belum menyempurnakan keimanannya…” .(Hadits ini dikeluarkan oleh al-Bukhari (11/67/no: 9) tentang Iman bab: Memberikan seperlima dari harta rampasan merupakan bagian dari iman. Lafaz hadits ini adalah lafaz Bukhari. Muslim (1/46/no: 17) tentang iman bab: Perintah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Keduanya meriwayatkan dari hadits Abu Jumrah dari Ibnu Abbas secara marfu’)

2. Imam ash-Shabuni berkata di dalam kitabnya ‘Aqidah as-Salaf, “Yang merupakan Mazhab Ahlul Hadits adalah, bahwa iman merupakan perkataan, perbuatan dan pengenalan. Ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan”.( Fathul bari (1/60) pada awal kitab al-lman. ) Dinukilkan dari beberapa ‘Ulama, bahwa amal perbuatan merupakan bagian dari iman. Di antara mereka adalah ats-Tsatiri, Ibnu ‘Uyainah, al-Auza’i, Ibnu Juraij, Malik dan selain mereka.

3. Imam Abu Bakar al-Isma’ili berkata dalam kitabnya I’tiqad Aimmatil Hadits, “Mereka berkata, “Sesungguhnya iman itu meliputi perkataan, perbuatan dan pengenalan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kernaksiatan. Barangsiapa yang banyak ketaatannya, imannya lebih bertambah dari pada orang yang kurang kataatannya”. (Aqidah as-Salaf Ashabul Hadits hal: 67.)

4. Imam al-Laalakai dalam kitabnya Syarhu Ushul I’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah. Beliau menukil perkataan dari Sufyan ats-Tsauri, Ibnu ‘Uyainah, Ibnu Juraij, Malik dan selain mereka, bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan. Kemudian beliau banyak menukilkan perkataan dari para ulama tentang penetapan bahwa amal perbuatan merupakan bagian dari iman. (l’tiqad Aimmatil Hadits hal: 63.)

5. Imam ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam as-Sunnah menukil perkataan dari ayahnya bahwa ia berkata, “Kami berkata, “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. Apabila seseorang berzina dan minum khamar, maka berkurang keimanannya”. (Syarhu Ushul l’tiqadcAhlussunnah wal Jama’aah (4/847/no: 1584))

6. Imam al-khallal dalam as-Sunnah menukil dari Imam Ahmad bin Hanbal bahwa merupakan suatu sunnah, kamu katakan, “Bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. Kemudian beliau juga menukil perkataan yang sama dari Imam Ibnul Mubarak. (As-Sunnah/ Abdullah bin Ahmad bin Hambal hal: 81 no: 417) Ini adalah perkataan Jumhur Ulama Salaf.
Perkataan Abu Hanifah dan orang yang sepakat dengan perkataan beliau menyelisihi perkataan Jumhur Ulama Salaf, yang mana mereka menjadikan iman hanya pembenaran dengan hati dan perkataan dengan lisan. Mereka tidak memasukkan amal perbuatan ke dalam makna iman. Akan tetapi mereka mengatakan, bahwa kemuliaan orang-orang yang beriman bertingkat-tingkat tergantung amal shaleh yang mereka kerjakan.

Ref : Syarah Aqidah as shahihah dan Pembatalnya, Abdul Aziz bin fathi bin As Sayyid Nada (http://rumahislam.com/aqidah/34-ttg-aqidah/523-iman-adalah-perkataan-dan-perbuatan.html)

Wallahu’alam.

KENAPA BERJILBAB?

Kenapa Berjilbab (2)

10/07/08
Simply because Al-Qur’an said so, Allah SWT told you so. Rasulullah SAW told you so. Beberapa ayat Al-Qur’an tentang perintah berjilbab (menutup aurat) adalah sbb:
QS. Al-A’raf: 26, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
QS. Al-Ahzab: 59, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
QS. AL-Ahzab: 33, “Dan hendaklah engkau tetap di rumahmu dan janganlah berhias serta bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dulu.”
QS. An-Nuur: 31, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Lebih spesifik pada ayat pertama surat An-Nuur (QS. 24: 1) yang mendahului ayat-ayat lain, Allah SWT sudah mengingatkan, “(Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya), dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.” Hal ini berarti hukum-hukum yang berada di surat itu adalah wajib.
Lalu jika ada yang mengatakan bahwa menutup aurat itu tidak wajib, jilbab itu bersifat urgensi, saya tidak tahu tafsirannya bagaimana :-? .
Tadinya saya juga mau menulis hadis-hadisnya juga. Tapi kok ternyata banyak sekali… Tapi yah, kalau dalam Qur’an saja perintahnya sudah tersebut sebanyak itu (belum lagi hadis-hadis shahih penguatnya) menurut saya sudah lebih dari cukup untuk dikatakan bahwa berjilbab, berhijab (menutup aurat itu wajib). Dalam QS. Al-Ahzab: 36 pun, sudah jelas dikatakan bahwa, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.”
Suka tidak suka, mau tidak mau, ya harus dilaksanakan. Mungkin karena itu sehingga ada yang bilang bahwa Islam itu agama yang suka maksa. Saya pikir kalau manusia itu ikhlas, tawaqqal dan iman, pastinya ya tidak akan merasa dipaksa. Apalagi kalau memahami (walaupun belum sepenuhnya mengerti) bahwa apa yang disyariatkan itu adalah untuk kebaikan manusia juga, maka pasti manusia akan melaksanakan perintahnya dengan senang hati. Seperti halnya kisah para perempuan Anshar dari kaum Muhajirin (ikut hijrah) pertama yang disayangi Allah SWT karena ketaatannya, ketika datang ayat QS. AN-Nur: 31, mereka langsung menyobek kain wolnya untuk dijadikan kerudung (Shahih Bukhari Bisyahril Karmani, Juz XVIII, p.26-27). Hebat betul. Bahkan tidak pakai bertanya lagi kenapa harus melakukan suatu hal yang (pada saat itu) tidak umum. Bandingkan dengan saya yang bahkan (katanya) sudah paham perintah dalam Al-Qur’an dan hadis, tapi masih belum puas dan bertanya untuk mencari pembenarannya dulu sebelum melaksanakan. “Kalau memang wajib, kenapa tidak disebutkan dalam rukun Islam dan iman sekalian sih,” bantah saya dulu. “Lha kalau disebutkan semua rukunnya jadi banyak banget dong,” kata suami saya, “Lagipula rukun-rukun itu kan sudah merangkum dari inti keseluruhannya.” Yaa… Iya juga sih. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, yang namanya IMAN itu berarti percaya dan yakin, dengan segala yang ada dalam Islam. Baik itu ajaran, syariat, perintah, larangan, anjuran dan sebagainya.
Rasulullah SAW sudah pernah bersabda bahwa dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir (HR Muslim 8/210). Kalau tidak mau ‘dipaksa’, tidak mau ‘terpenjara’ dalam sederet aturan dan syariat (Islam)? Ya, jangan memilih Islam… Apalagi perintahnya banyak betul. Tapi seperti yang sudah sering saya tulis, Islam itu agama satu paket. Keseluruhan isi paketnya harus dilaksanakan, tidak bisa pilih-pilih. Namanya juga perintah (dan larangan) dari Yang Menciptakan kita dan hukumnya wajib. Perintah dari bos saja kalau tidak dilaksanakan, kita takut dipecat. Atau paling tidak kena sanksi deh atau pengurangan bonus, penurunan nilai performance, dst. Lah kalau perintah dari Tuhannya manusia dan semua makhluk, pemilik kehidupan, Bos dari segala bos, kok manusia berani mangkir? Manusia itu betul-betul nekat. Tidak takut dengan sanksinya Tuhan. Apa karena surga dan neraka itu tidak nyata ya. Tapi kalau begitu kembali lagi ke masalah iman dong (masih ingat rukun iman: percaya kepada hari akhir?). Tapi itu juga manusia masih bisa berkelit pulak dengan mengatakan bahwa manusia itu memang tempatnya salah dan dosa, kok. Weh-weh-weh… Sudah diberi akal, bahkan ada pula yang sudah diberi kelebihan daripada yang lain, tapi malah menggunakan kepintarannya untuk mempertanyakan dan menyangsikan ayat-ayat Allah. Bingung, kan… Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang sesat seperti dalam surat Al-Ahzab itu yaa…
Wallahu’alam bissawab



Minggu, 24 Juli 2011

Kontes Facebook Berhadiah Ipad, Iphone 4, Blackberry - Connect & Fun - Tips-FB

Kontes Facebook Berhadiah Ipad, Iphone 4, Blackberry - Connect & Fun - Tips-FB


Kontes Facebook Berhadiah Ipad, Iphone 4, Blackberry - Connect & Fun

Posted: 23 Jul 2011 09:02 PM PDT

Ayo ikuti "Connect & Win" sekarang juga! Ada ratusan kesempatan mendapatkan iPad, iPhone 4, BlackBerry & Pulsa Gratis puluhan juta rupiah!Caranya mudah....1. Silakan kunjungin link berikut > Kontes Facebook2. Berikan akses untuk aplikasi(allow)3. Likes semua fanspage OT for You pada halaman4. Kemudian klik "next" jika masih tidak bisa klik next, pastikan semua fanspage sudah di "like" dengan

Sabtu, 25 Juni 2011

AL Quran Sumber Inspirasi

by www.motivasi-islam.com


Pernahkan Anda mendengar ada orang pergi ke hutan, ke gua, ke gunung, atau ke tempat sepi lainnya untuk mencari inspirasi? Boleh-boleh saja jika mereka tidak melewatkan sumber inspirasi utama. Anda boleh mencari inspirasi dari mana pun setelah sebelumnya mendapatkan inspirasi dari sumber utama ini. Segala inspirasi ada di Al Quran. Jika Anda tidak menemukan inspirasi dari Al Quran, artinya Anda belum mengenal atau cukup berinteraksi dengan Al Quran.

Sebaliknya banyak orang yang mencari inspirasi dari sumber yang tidak jelas. Dari orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki kehidupan yang baik, tidak patut menjadi inspirasi. Kita boleh mengambil inspirasi dari mana pun, selama inspirasi tersebut tidak melanggar syariat dan nilai Al Quran. Agama Islam tidak membatasi kita mendapatkan hikmah dari mana pun, selama rujukan utama kita Al Quran dan hadits. Hati-hatilah mengambil inspirasi dari seseorang atau sesuatu yang memungkin kita tergelincir. Sungguh, Al Quran mengandung inspirasi tanpa batas dan global.

Mungkin untuk hal detil dan spesifik kita bisa mengambil inspirasi dari sumber lain selama masih selaras dengan sumber utama. Jika kita mau tadabur Al Quran secara terus menerus, insya Allah akan banyak inspirasi kita dapatkan. Cobalah baca dan resapi beberapa ayat di bawah ini. Inspirasi apa yang Anda dapatkan? Silahkan berbagi pada form komentar.

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS Al Anfaal:12)

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS.Hud:120)

Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali- kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad:35)

Dan, tentu masih banyak inspirasi-inspirasi yang bisa kita dapatkan. Ayat yang mana saja? Semua, tidak terkecuali. Ayat-ayat yang dulis disini maupun dalam ebook saya Merenungi Ayat-Ayat Inspirator hanya sebagian kecil dari inspirasi yang bisa kita dapat. Anda tidak akan pernah kehabisan motivasi.

AL Quran Sumber Inspirasi

by www.mutivasi-islam.com


Pernahkan Anda mendengar ada orang pergi ke hutan, ke gua, ke gunung, atau ke tempat sepi lainnya untuk mencari inspirasi? Boleh-boleh saja jika mereka tidak melewatkan sumber inspirasi utama. Anda boleh mencari inspirasi dari mana pun setelah sebelumnya mendapatkan inspirasi dari sumber utama ini. Segala inspirasi ada di Al Quran. Jika Anda tidak menemukan inspirasi dari Al Quran, artinya Anda belum mengenal atau cukup berinteraksi dengan Al Quran.

Sebaliknya banyak orang yang mencari inspirasi dari sumber yang tidak jelas. Dari orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki kehidupan yang baik, tidak patut menjadi inspirasi. Kita boleh mengambil inspirasi dari mana pun, selama inspirasi tersebut tidak melanggar syariat dan nilai Al Quran. Agama Islam tidak membatasi kita mendapatkan hikmah dari mana pun, selama rujukan utama kita Al Quran dan hadits. Hati-hatilah mengambil inspirasi dari seseorang atau sesuatu yang memungkin kita tergelincir. Sungguh, Al Quran mengandung inspirasi tanpa batas dan global.

Mungkin untuk hal detil dan spesifik kita bisa mengambil inspirasi dari sumber lain selama masih selaras dengan sumber utama. Jika kita mau tadabur Al Quran secara terus menerus, insya Allah akan banyak inspirasi kita dapatkan. Cobalah baca dan resapi beberapa ayat di bawah ini. Inspirasi apa yang Anda dapatkan? Silahkan berbagi pada form komentar.

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS Al Anfaal:12)

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS.Hud:120)

Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali- kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad:35)

Dan, tentu masih banyak inspirasi-inspirasi yang bisa kita dapatkan. Ayat yang mana saja? Semua, tidak terkecuali. Ayat-ayat yang dulis disini maupun dalam ebook saya Merenungi Ayat-Ayat Inspirator hanya sebagian kecil dari inspirasi yang bisa kita dapat. Anda tidak akan pernah kehabisan motivasi.

Kamis, 16 Juni 2011

Beberapa Jenis Amal Kebajikan

Amal kebajikan yang diseru oleh Allah SWT iaitu termasuk semua amal yang baik dan menjangkau semua amal soleh. Seperti taat kepada Allah , ikhlas, niat yang baik, berbuat baik kepada orang lain, bersilaturrahim, mengucapkan kata-kata yang sopan serta berakhlak yang mulia. Jiwa yang sihat slalunya mengetahui jenis-jenis kebajikan, kerana amal kebajikan itu termasuk beberapa macam perbuatan dan tingkah laku yang digariskan oleh Islam. Di dalam AL-Quran ada dijelaskan beberapa perbuatan dinilai sebagai amal kebajikan.


i. Menuntut Ilmu Pengetahuan Firman Allah SWT ertinya: "Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahkan al hikmah itu, dia benar-benar telah dianugerahi kurnia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakhlaklah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."


ii. Berakhlak Mulia Rasulullah SAW bersabda, maksudnya: "Sesungguhnya akhlak itu adalah daripada Allah, barangsiapa memperoleh kebajikan daripada Allah maka dia diberi keperibadian yang baik, dan barangsiapa memperoleh keburukan daripada Allah, maka baginya keperibadian yang buruk."


iii. Bersedekah Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Tidak seorang Muslim menyebarkan benih atau menanam tanaman, lalu dimakan buahnya oleh manusia atau binatang atau makhluk lain, melainkan akan tercatat baginya sebagai sedekah."


iv. Mengerjakan kebaikan sebesar zarrah dinilai kebajikan Allah SWT akan meminta tanggungjawab daripada setiap orang atas segala perbuatan dan tingkah lakunya walaupun sebesar zarrah, baik dalam bentuk amal kebaikan mahupun keburukan. Firman Allah SWT ertinya: "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, nescaya dia akan melihat balasannya pula." (Az-Zalzalah: 7-8) Diriwayatkan bahawa Sa'ad bin Abi Waqqas pada suatu ketika memberi sedekah dua biji kurma kepada seorang peminta sedekah, kemudian diberikannya sambil mengucapkan: "Semoga Allah menerima dari kita seberat beberapa zarrah dan dalam dua biji kurma ini terkandung banyak zarrah."


v. Mengunjungi keluarga dengan wajah yang berseri-seri Segala kebaikan yang diberikan kepada orang lain adalah mendatangkan redha Allah, tidak kira besar atau kecil kebaikan itu, termasuk memberikan senyuman terhadap orang lain dinilai sebagai suatu kebajikan. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Janganlah engkau memperkecil nilai kabaikan walaupun hanya dengan menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (tidak muram)."

vi. Membuang duri dari jalan raya Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Seorang lelaki diampuni dosanya oleh Allah SWT kerana telah membuang sebuah dahan berduri yang dilihatnya melintang di tengah-tengah jalan sambil mengucapkan syukur kepada Allah."

Rabu, 15 Juni 2011

SURAT UNTUK RIZAL

Adikku Rizal, kalo suatu saat nanti kakak lebih dulu ' menyusul' almarhum ayah dan ibu kita, tolong jalankan pesan-pesan kakak ini; CEPAT lunasi segera hutang- hutang kakak saat kamu baca pesan ini, kalo kamu tidak mampu lunasi, CEPAT kasih tau keluarga yang lain, ini rincian hutang kakak, kepada; rohis Salam UI 150 rb, kak ahmad (guru ngaji kk) 25 ribu, kak adi (teman ngaji) 67 ribu, pak dodi (tanya ka adi) 55 ribu, om iwan 100 rb.. sedekahkan semua baju-baju kk ke anak-anak yatim dekat rumah kita…berikan semua buku-buku kakak ke musholla dekat rumah…..pokoknya semua barang-barang kk disedekahin ke orang yang membutuhkan, kalo kamu mau ambil sebagai kenang-kenangan, ambil aja sekedarnya…..uang-uang kakak yang masih ada dirumah pake aja buat lunasin hutang-hutang kk, kalo gak cukup, tolong bayarin…..bilang sama keluarga, tetangga, teman-teman agar memaafkan kesalahankesalahan kk, maaf kalo kk pernah menyakiti hati
mereka…..buku-buku teman kk yang masih ada dirumah, dikembalikan kepada yang punya…bilang sama keluarga kuburan kk cukup ditanami rumput pendek dan nisan kecil aja….tolong jaga adik kita Hanif, dia jangan serin-sering dimarahin…. inget pesen ibu dulu untuk jaga dia, tegarkan jiwanya, ajarkan membaca al-qur'an setelah maghrib….tolong do' akan kk selalu karena mungkin aja saat ini kk sedang diazab…dipukuli…..dihimpit oleh tanah bumi….sendiri dalam kegelapan…..bersama dengan binatang-binatang yang mengerikan……(kk takut dengan azab Allah de') tolong ya…do'akan ya….bilang sama yang lain……cepat lunasi hutang kk ya…..jangan kamu bersedih…..laa tahzan….innalloha ma'ana….mudah-mudahan Allah pertemukan kk dengan ayah dan ibu…..dan kita semua di dalam syurga-Nya nanti…amin…perbanyaklah memohon pertolongan kepada Allah…. Semoga Allah Yang Maha Pemurah merahmati kita dan keluarga
semua…..amiin…… …………………………….

Depok, 26 Des 2007 , 00 :10 Henny


*tulisan diatas hanya fiksi
smga kita dapat mgambil hikmah yg trkandung dr surat diatas

blogku yg lain
http://desa69.blogspot.com
http://sepiritbaru.blogspot.com
http://sepiritbaru.multiply.com
http://pages-curhat.socialgo.com

Beberapa Fenomena Futur antara lain

1 . Kita sering mendapati seorang muslim yang berusaha memelihara diri dari kotoran najis, namun ia tidak memelihara diri dari kotoran 'ghibah' dan dusta. Ada manusia yang banyak mengeluarkan sedekah, namun ia tidak peduli mempraktekkan transaksi riba

2 . Memfokuskan perhatian pada forum perdebatan akal dalam memerangi syubhat yang dihembuskan oleh kaum ateis dan para sekularis, kemudian sangat mengandalkan suatu predikat ilmiah saja diatas sikap semangat dan ikut bergerak dalam blantika dakwah. Artinya kehebatan intelektual tanpa didukung dengan gerak, amal dan jihad.


3 . Berlebihan dan melewati batas dalam melakukan sesuatu yang mubah (dibolehkan). Firman Allah SWT : " Hai anak Adam pakailah pakaianmu yang indah setiap ( memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (Al-A'raf : 31). Rasulullah SAW bersabda : "Tidaklah seorang anak Adam mengisi suatu wadah yang buruk daripada perutnya."

4 . Terpuruk dibawah penguasaan setan lewat celah keragu- raguan yang dihembuskan kepada seseorang kemudian mengakibatkan menjadi berlambat-lambat. Rasulullah bersabda : "Tidaklah suatu kaum suka memperlambat sampai Allah menjadikannya lambat." (HR. Turmudzi)


5 . Merasakan kekasaran dan kesesatan hati. Sampai keadaan dimana seseorang dapat merasakan bahwa dirinya telah turut menjadikan hatinya kesat disebabkan ruhaninya yang lemah. Jika keadaan tersebut terlalu lama, maka akan menjadi terbiasa dan tanpa disadari sampai hatinya mati. Matinya hati mengkibatkan punahnya pengaruh janji serta ancaman yang terdapat dalam ayat-ayat Al Qur'an. Hati menjadi tidak bergeming dengan nasihat dari kejadian realita yang dapat dijadikan ibrah.


6 . Perasaan segan untuk melaksanakan perbuatan baik dan beribadah. Orang yang menderita futur secara jelas akan bersikap menyepelekan nilai dan praktek ibadah1


7 . Tidak agresif dan pro-aktif dalam menjalani tugas-tugas yang diembankan kepada dirinya.

Sabtu, 11 Juni 2011

KITA DAN SAMPAH

Lumrahnya kita tidak lupa
membuang sampah dan kotoran
sisa-sisa buangan rumah
yang terkumpul semalaman
mahunya cepat-cepat diangkut pergi
menjadi marah jika tidak diangkat
berhari-hari kerana tidak mahu kucing dan anjing liar
mengais tong dan bau busuk menusuk hidung

Sebaliknya kita terlupa
membuang sampah dan kotoran yang bergelumang di hati
yang bersarang pada diri
seperti kita tidak lupa
menyerikan rumah dengan bunga di taman
tetapi kita terlupa untuk serikan hati
dengan taqwa dan iman

CIRI-CIRI ORANG YANG SABAR

Pertama
Bersyukur dengan segala yang berlaku.

Kedua
Redha dengan ketentuan Ilahi

Ketiga
Mengucapkan "Innalillah hi wain na ilaihi ro ji'un" apabila menerima musibah

Keempat
Yakin bahawa setiap perkara yang berlaku itu ada hikmah di sebaliknya


sekian

Sabtu, 28 Mei 2011

RENUNGAN DIRI

RENUNGAN DIRI


Assalamu'alaikum wr wb,
Semga renungan-2 berikut ini, bermanfaat buat saya dan ikhwan/akhwat rohimakumullah... Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a. " Wahai 'Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya.
Penyakit bicara adalah bohong,
penyakit ilmu adalah lupa,
penyakit ibadah adalah riya',
penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri,
penyakit berani adalah menyerang,
penyakit dermawan adalah mengungkap pemberian,
penyakit tampan adalah sombong,
penyakit bangsawan adalah membanggakan diri,
penyakit malu adalah lemah,
penyakit mulia adalah menyombongkan diri,
penyakit kaya adalah kir,
penyakit royal adalah hidup mewah, dan penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan....

Ketika berwasiat kepada 'Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah SAW bersabda : "Wahai 'Ali, orang yang riya' itu punya tiga ciri, yaitu :
1. rajin beribadah ketika dilihat orang,
2. malas ketika sendirian dan
3. ingin mendapat pujian dalam segala perkara.

Wahai 'Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo'alah : " Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik daripada yang dikatakannya, ampunilah dosa-2 ku yang tersembunyi darinya, dan janganlah kata-2 nya mengakibatkan siksaan bagiku..." Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang resah dan gundah gulana, Ibnu Mas'ud r.a berkata :" Dengarkanlah bacaan Al-Qur'an atau datanglah ke majelis-2 dzikir atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT. Jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu pakai bukan lagi hatimu..."


sumber www.pak-sis.blogspot.com

Rabu, 18 Mei 2011

DOA UNTUK IBU BAPAK....petikan dari AA GYM

Ya Allah, Rendahkanlah suaraku bagi mereka, Perindahlah ucapanku di depan mereka. Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan Lembutkanlah hatiku untuk mereka.


Ya Allah, Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya Atas didikan mereka padaku dan Pahala yang besar Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku, Peliharalah mereka Sebagaimana mereka memeliharaku.


Ya Allah, Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan, atau kesusahan yang mereka derita karena aku, atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku, jadikanlah itu semua Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka, Meningginya kedudukan mereka dan Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenAnMU ya Allah sebab hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah, Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku, Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku. Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku, Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka, sehingga kami semua berkumpul Bersama dengan santunan-Mu di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan- Mu serta rahmat-Mu.


Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Karunia Maha Agung, serta anugerah yang tak berakhir dan Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.


****

Mari kita kenang dosa kepada orang tua kita.
Siapatahu hidup kita dirundung nestapa karena kedurhakaan kita.
Karena kita sudah menghisap darahnya, tenaganya, airmatanya, keringatnya.

Istighfar,
istighfarlah

Barangsiapa yang matanya pernah sinis melihat orangtuanya.
Atau kata-katanya sering mengiris melukai hatinya, atau yang jarang memperdulikan dan mendoakannya.
Percayalah bahwa anak yang durhaka siksanya didahulukan didunia ini.

Istighfar

yang pernah mendholimi ibu bapaknya.

Astaghfirullahal Adhiim
Astaghfirullahal Adhiim

Sumber : K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), dtjakarta.or.id

Jumat, 13 Mei 2011

SURUHAN MENGIKHLASKAN HATI

DARI ANAS BIN MALIK RA DARI NABI SAW BAHWA IA BERKATA:


PADA HARI KIAMAT JURU PANGGIL BERSERU: MANAKAH ORANG-ORANG YG MENGAHARAP PUJIAN DAN MANAKAH YG IKLAS?


TUNJUKANLAH AMAL-AMALMU DAN AMBILLAH PAHALAMU DARI TUHANMU.


NABI SAW BERSABDA: ORANG-ORANG YG MENGHARAP PUJIAN TIDAK MENDAPAT MANFAAT DARI AMAL-AMAL MEREKA KECUALI PENYESALAN DAN KESENGSARAN.

NABI SAW BERSABDA: SESUNGGUHNYA YG PALING KU TAKUTI TERHADAP UMATKU ADALAH SYIRIK KECIL.

PARA SAHABAT BERKATA: APAKAH SYIRIK KECIL ITU?


NABI SAW menjawab: "RIYA (SIFAT INGIN DIPUJI,BUKAN KRENA ALLAH").


semoga bermanfaat

Rabu, 11 Mei 2011

[New post] Untukmu Wahai Wanita

Untukmu Wahai Wanita

Ummu 'Ammar | 11 Mei 2011 pada 5:08 am | Tag: nasehat untuk muslimah, tanggung jawab wanita | Categories: Uncategorized | URL: http://wp.me/pqo9I-rx

Wahai wanita berhati-hatilah dirimu. Jangan sampai syaithan memperalatmu menjadi penyebar kerusakan. Jangan biarkan dirimu menjadi umpan untuk menjerumuskan laki-laki ke dalam neraka. Ingatlah, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam pernah melihat neraka, ternyata mayoritas penduduknya adalah wanita.

Wahai wanita, generasi depan adalah tanggung jawabmu. Jangan engkau rusak dengan merusak dirimu. Kenakan kembali jilbabmu, kembalilah ke dalam koridor Rabbmu. Ketahuilah, Rabbmu adalah Rabb yang Maha Mengetahui maslahat dirimu. Dia adalah Maha Adil yang tidak ingin mendzalimimu. Baca tulisan ini lebih lanjut

Komentari tulisan ini


Trouble clicking? Copy and paste this URL into your browser: http://subscribe.wordpress.com

Cara Mudah, Cepat dan Gratis Bikin Foto Facebook yang Super Keren! - Tips-FB

Cara Mudah, Cepat dan Gratis Bikin Foto Facebook yang Super Keren! - Tips-FB


Cara Mudah, Cepat dan Gratis Bikin Foto Facebook yang Super Keren!

Posted: 09 May 2011 10:42 PM PDT

Tidak seperti friendster atau myspace, kita tidak bisa mengubah halaman profil dari facebook kita. Memang ada beberapa aplikasi untuk mengubah tampilan facebook, namun hal tersebut hanya berlaku di browser tertentu dan hanya bisa dilihat oleh si penginstall skin, alias teman-teman kita tidak bisa melihat tampilan yang kita bikin.Salah satu cara agar halaman profil facebook kita lebih keren

Jumat, 06 Mei 2011

7 PENYAKIT BERBAHAYA YG MENYERANG WANITA! WASPADALAH"

7 PENYAKIT BERBAHAYA YG MENYERANG WANITA!! WASPADALAH!!!


Berikut ini kiriman post dari teman saya, semoga menjadi tambahan Ilmu buat kita semua!!


Berdasarkan sebuah penelitian dan survey yang tidak jelas, berikut ini beberapa penyakit yang sering dan biasanya dialami oleh wanita. ...


1. Nangisuitis Akibat terlalu sensitif. Gejalanya bibir cemberut, mata kedip-kedip. Efek sampingnya mata bengkak, saputangan banjir, hidung meler, bawaannya ngurung diri atau terkena penyakit Curhatitis A. Penyakit ini bisa diobati dengan obat Tegaridol, OBH (Obat Berhati Hamba).


2. Curhatitis Bawaannya pengen nyerocos. Efek samping rahasia orang bisa bocor, terkena Nangisuitis, Penyakit ini bisa diarahkan positif jika ia bercuhatitisnya ke orang yang tepat, apalagi sama Tuhan


. 3. Shopping Syndrome Gejalanya pengen jalan mulu, mata melotot. Efek sampingnya lidah ngiler, mulut nganga, dompet jadi tipis. Jika sudah masuk stadium 4 ( parah banget) dompet cowoknya ikut tipis. Coba minum hematcold atau tablet PD (Pengendalian Diri).


4. Cerewetisme Lebih parah dari Curhatitis B, tidak mengandung titik koma. Efek samping: muncrat, telinga tetangga budek, dada cowoknya bisa jadi lebih halus karena sering mengelus. Lebih cepat makan pil dengar dan minum tablet bicara lebih diperlambat.


5. Lamanian Dandanitositis Pengennya diem depan cermin. Tangan kiri gatel-gatel pengen pegang sisir, tangan kanan kram-kram pengen teplok-teplok pipi pake bedak. Efek samping: menor, telat, cowoknya berkarat, gak kebagian makanan. Minum segera Sari Bawak (Bagi Waktu) dan Taperi (tambah percaya diri). Buat cowok minum Toleransikipil 230 sendok sehari sesudah dan sebelum mandi.


6. Cemburunotomy Gejala: muka lonjong, tangan mengepal, alis menukik. Coba cegah dengan obat sirup prasangka baik tiga sendok sehari, Pil pengertian dan tablet selidiki dahulu.


7. Ngambekilation Gejala hampir sama dengan Cemburunotomy. Minum Sabaron dan Bersyukurinis.

TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA!!! TETAP WASPADA!!!!

Sabtu, 30 April 2011

Nama-nama syaitan dan pekerjaannya

Khanzab adalah setan pengganggu orang salat. Walhan adalah setan yang menggoda orang yang berwudhu dan membisikinya. Dasim adalah setan yang mengganggu keluarga dan rumah. Abyadh , setan paling buruk dan kuat menggoda para nabi. Mujahid berkata,"Di antara keturunan setan adalah Laqnis dan Walhan ,keduanya menggoda orang yang bersuci dan sholat.


Keduanya digelari dengan al-Hafaf dan Murrah . Zalanbur , Setan yang menggoda di pasar yang  menghiasi hal yang sia-sia, sumpah, dusta dan memuji barang dagangannya. Bathar setan yang menggoda orang yang tertimpa musibah, membisikinya supaya mencakar wajah, memukul pipi, dan merobek kantong bajunya sendiri.


Al-'Awar adalah setan penggoda orang yang berzina dengan menyebarkannya di kelamin laki-laki dan ketuaan pada perempuan. " Mathus , setan pemilik berita dusta yang disebarkan melalui mulut- mulut manusia yang tidak ada sumbernya. Dasim , yakni bila seorang memasuki rumah tanpa mengucapkan salam dan tidak mengingat Allah, maka dia dapat melihat harta kekayaan seseorang selama belum di angkat atau diperbaiki tempatnya.


Bila seseorang makan dan tidak membaca basmallah, maka dia akan makan bersamanya. Al 'Amasy berkata,"Ketika aku masuk ke dalam rumah dan tidak menyebut nama Allah SWT, serta tidak bersalam aku melihat api.

Aku berkata,"Angkatlah, dan aku berbantahan dengannya. Kemudian aku ingat dan berkata, "Dasim, Dasim, Aku berlindung kepada Allah SWT darinya.


" Ubay bin Kaab meriwayatkan dari Nabi SAW. Beliau bersabda," Sesungguhnya wudhu itu ada setannya yang bernama Walhan . Maka takutlah kalian semua dari sifat was-was pada air."Diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Muslim meriwayatkan dari Ustman bin Abi Al Ash. Dia berkata,"Ya Rosulullah, setan telah menghalangi antara diriku dan salatku dan tanda-tanda yang ia kenakan padaku." Rosulullah bersabda,'Itu adalah setan yang di sebut Khanzab . Maka bila engkau merasakannya, berlindunglah kepada Allah darinya, dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali.' Maka aku melakukan itu dan Allah menghilangkannya dariku.


" Sumber: Hikaya Ash-Shufiyyah, Muhammad Abu Al-Yusr 'Abidin.

Jumat, 29 April 2011

NABI TIDAK RIDHO UMATNYA DINERAKA

"Ya Allah, izinkan aku memberi syafa'at kepada mereka itu walau mereka hanya punya iman sebesar zarrah."


  Pada hari Sabtu, 19 Maret 2011 , digelar peringatan Maulid Rasulullah SAW di Pesantren Riyadhul Jannah, Gang Buluh, Condet, Jakarta Timur. Dalam mau'izhahnya Habib Ali Zainal Abidin Al-Kaff mengisahkan ihwal Rasulullah SAW mencari umatnya yang masih terselib di neraka.

Ketika surga dan neraka telah terkunci, dan semua umat manusia telah dimasukkan ke dalam surga dan neraka sesuai dengan amalannya dan mereka telah menikmati ganjaran atau merasakan hukuman atas apa yang mereka kerjakan dalam waktu yang begitu lama, Allah SWT menanyakan kepada Malaikat Jibril, subhanallah sesungguhnya Allah Mahatahu, "Apakah ada umat Muhammad SAW yang masih tertinggal di dalam neraka?"

Maka Malaikat Jibril pun pergi ke neraka Jahanam. Neraka Jahanam yang begitu gelap tiba-tiba berubah menjadi terang benderang karena kedatangan Jibril.

Para penghuni Jahanam pun bertanya-tanya, siapakah yang datang, mengapa Jahanam tiba-tiba-tiba terang benderang. Malaikat Jibril pun menjawab bahwa dia adalah Malaikat Jibril, yang diutus oleh Allah SWT untuk mencari apakah ada umat Muhammad yang masih terselib di neraka Jahanam. Tiba-tiba sekelompok orang berteriak,

"Sampaikan salam kami kepada Rasulullah SAW, beri tahukan keadaan kami di tempat ini kepada beliau." Jibril pun keluar dari neraka Jahanam dan pergi ke surga untuk memberitahukan hal itu  kepada Rasulullah.

Rasulullah begitu bersedih mendengar bahwa masih ada umatnya yang tertinggal di dalam neraka dalam waktu yang sudah begitu lama. Beliau tidak ridha ada umatnya yang masih tertinggal di neraka walau dosanya sepenuh bumi. Rasulullah SAW pun bergegas hendak pergi neraka.

Tapi di perjalanan beliau terhadang oleh garis batas Malaikat Israfil. Tidak ada seorang pun boleh melintasi garis itu kalau tidak seizin Allah SWT. Rasulullah SAW pun mengadu kepada Allah SWT, dan akhirnya beliau diizinkan.

Tapi sesudah itu Allah SWT mengingatkan Rasulullah bahwa umat itu telah meremehkan beliau. "Ya Allah, izinkan aku memberi syafa'at kepada mereka itu walau mereka punya hanya punya iman sebesar zarrah." Sesampainya Rasulullah di neraka Jahanam, padamlah api neraka yang begitu dahsyat itu. Penduduk Jahanam pun berucap, "Apa yang terjadi, mengapa api Jahanam ini tiba-tiba padam? Siapakah yang datang lagi?"

Rasulullah SAW menjawab, "Aku Muhammad SAW yang datang, siapa di antara kalian yang jadi umatku dan punya iman sebesar zarrah, aku datang untuk mengeluarkannya." Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada umatnya, beliau akan memperjuangkannya sampai di hadapan Allah SWT. Lalu bagaimana kecintaan kita sebagai umat Rasulullah SAW kepada pribadi yang begitu agung itu?

by majalah alkisah

Yuk Kita Merenungi Ayat Berikut Ini

AlQuran Surat Ar-Rum ayat 41-42 : " Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah, adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)"


AlQuran Surat Al-A'raf ayat 56 "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah ( Allah) memperbaikinya. Dan berdo'alah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat kepada orang-orang yang berbuat baik"


AlQuran Surat Sod ayat 27-28 "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka". (27)

"Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi?. Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?". (28) Bertaubatlah kalian, sesungguhnya Alloh maha pengampun..


Wallahualam Bisy'syawab

Minggu, 24 April 2011

NurjamanSolih

NurjamanSolih


Apa kabar semoa…?

Posted: 23 Apr 2011 02:12 AM PDT

Dibulan ini saya jarang sekali update blog… Pekerjaan offline sangat menyita waktu saya… bisnis kunci yang saya jalankan mulai menunjukan perkembangannya di bulan ini. Order demi order perusahaan datang terus silih berganti. Allah memang adil, yang penting terus berusaha, jalan itu terus ada. Berapapun kebutuhan yang harus di penuhi. Gimana kabarnya temen-temen? khususnya ahli Kunci? [...]

Sabtu, 23 April 2011

Penyakit-penyakit hati

OLEH:
Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi Pengantar: Untuk sedikit menambah pengetahuan kita tentang penyakit hati, berikut ini akan saya kutipkan risalah dari buku Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah… karya Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunaimi. Akan tetapi, barangkali risalah itu sendiri lebih tepat disebut karya Al-Imam Ibnu Abil 'Izzi, karena beliaulah yang menulisnya sebagai syarh dari kitab Aqidah yang disusun oleh Imam Ath-Thahawi yang dikenal dengan kitab Aqidah Thahawiyah . Sedang Syeikh Abdul Akhir Hammad Alghunami adalah yang melakukan tahdzib . Semoga bermanfaat. Hati itu dapat hidup dan dapat mati, sehat dan sakit. Dalam hal ini, ia lebih penting dari pada tubuh. Allah berfirman, artinya: Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar dari padanya. Artinya, ia mati karena kekufuran, lalu Kami hidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat, apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Dua Bentuk Penyakit Hati: Penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an. Allah berfirman, artinya: Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. Ini yang disebut penyakit syahwat. Allah juga berfirman, artinya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya… Allah juga berfirman, artinya: Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya . Penyakit di sini adalah penyakit
syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya. Seringkali penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil. Luka, tak akan dapat membuat sakit orang mati. *}. Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di hatinya,
berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi. Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi kalau tidak ada teman, dan takut sendirian. Menyembuhkan Penyakit Dengan Makanan Bergizi dan Obat: Gejala penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan- makanan yang bermanfaat bagi hatinya, lalu menggantinya dengan
makanan-makanan yang tak sehat bagi hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan selain dari Al-kitab dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat. Sesungguhnya Allah berfirman: Katakanlah: Al-qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh. Al-qur'an adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit dunia dan akherat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-qur'an sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan pada bagian yang
sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan, disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat- syaratnya. Tak akan ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani dan rohani, pasti terdapat dalam Al-qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan mamahami kitab-Nya. *} (Penggalan akhir bait sya'ir Al-Mutanabbi, yang mana penggalan awalnya adalah: Orang yang hina, akan mudah mendapat kehinaan ) Dikutip dari: Abdul Akhir Hammad Alghunaimi, Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah Dasar-dasar 'Aqidah Menurut Ulama Salaf , penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani, Pustaka At-Tibyan, buku 2 , Cetakan I, 2000 , hal 264-266. Sumber Penyakit-Penyakit Hati : http://assunnah.or.id